" Cinta adalah kemampuan dan kemauan untuk memperbolehkan orang yang Anda kasihi menjadi apa yang mereka inginkan tanpa memaksakan kehendak Anda" (Wayne Dyer)
Petikan kata-kata yang membuat saya merenung sepanjang sore ini sampai kaya ada yang berantem gitu di dalam nurani saya. Seringkali kemampuan dan kemauan tidak berbanding lurus, demikian pula dalam hal mengasihi- tidak hanya mengasihi kekasih lho ya. Dalam hidup, manusia hampir selalu berekspektasi terhadap orang lain. Misalnya, sayang sama sahabat dekat yang selalu standby buat jadi tempat curhat, temen jalan, temen makan, berpenampilan trendy (hello...emangnya sang sahabat ga punya kehidupan lain apa dan please deh dia kan ga harus mendadak fashionable buat sekadar jalan bareng kita...hehe), atau sayang banget jika orangtua baikhati yang rela mengucurkan rupiah tanpa batas untuk memuaskan nafsu hedonisme kita (hare gene, cari duit sendiri donk ah;p), atau cinta mati hanya kalo pacar siaga 24 jam siap nemenin kita kala senang dan sedih yang berimbas pada terbunuhnya kehidupan sosial sang pacar (ihh...ga tau apa kalo manusia bakal tertekan kalo diiket termasuk kekasih hati meski cintanya setengah mati sama kita?).
Satu sisi nurani saya percaya mengasihi itu kan ga pake kata jika, andai atau kalau. Mengasihi itu kan bukan memaksakan keinginan kita pada orang yang kita kasihi. Katanya sih mengasihi itu tanpa syarat. Tapi sisi yang lain mempertanyakan kasih yang bebas nilai, apakah bisa manusia biasa mampu dan mau mengasihi dengan sempurna seratus persen pada manusia lainnya, apakah mampu menisbikan egoisme yang melekat pada diri manusia. Ya mungkin ga bakal ada titik temunya, mungkin jawabannya adalah berkompromi. Saya rasa manusia memiliki fleksibilitas untuk berkompromi sehingga mampu dan mau memperbolehkan orang-orang yang kita kasihi menjadi apa yang mereka inginkan tanpa memaksakan kehendak pribadi kita.
Semoga saya juga mampu dan mau mengasihi dengan cara yang indah seperti itu;)