(Sampuren Putih, Sibolangit)
(Eva, gajah betina dari Tangkahan)
(Tari Lima Serangkai khas Karo)
(Eva, gajah betina dari Tangkahan)
(Tari Lima Serangkai khas Karo)
(Rumah Adat Siwaluh Jabu, Desa Lingga, Kabanjahe, Tanah Karo)
(Danau Toba-topshoot)
6 Maret 2008, Saya pernah menulis "I don't know when but I'll comeback to feel...once again...an amazing trip to North Sumatra" dan kejadian lho:)
Waa, ternyata magnet Sumatera Utara cukup kuat menarik saya kembali kesana:). Tepat setahun yang lalu - di bulan Februari juga - saya ditugaskan ke Sumatera Utara dengan route Medan- Sei Rampah- Tebingtinggi- Pematang Siantar- Parapat - Pulau Samosir- Pangururan- Kabanjahe- Berastagi - Medan. Awal Februari ini, saya dapat penugasan lagi kesana, kali ini rutenya Medan- Bandarbaru- Berastagi- Kabanjahe- Merek- Sibolangit- Tangkahan- Medan selama enam hari. Perjalanan yang melelahkan dan menyenangkan:)
Seperti hari-hari yang lain belakangan ini, saya berangkat diiringi hujan deras dengan kondisi fisik yang lelah akibat tidak tidur sama sekali dalam periode 24 jam lebih dan perdebatan sangat ga penting dengan salah satu manager artis ibu kota *sigh, skip that topic..hehe*. Syukurnya, Medan tampak selalu cerah ceria dengan sengatan mentari yang terik. Begitu landing dan sarapan lontong sayur enak di Lontong Mbak Lin Medan, kami langsung tancap gas ke Bandarbaru. Bandarbaru ini kaya Puncaknya Jakarta gitu, so ga heran kanan kiri villa semua, villa dalam tanda petik..hehehe. Shooting pertama di Sampuren Putih. Sampuren dalam bahasa Karo artinya air terjun. Nuansa agak mistis kental dengan air terjun yang dikenal dengan mitosnya sebagai pemandian bidadari ini. Kami diantar oleh 2 penduduk lokal yang meminta salah seorang dari team menghisap rokok tanpa dihembuskan di beberapa lokasi agar 'penunggu' sampuren mengijinkan pengambilan gambar disana.
Selesai dari Sampuren Putih, langsung naik lagi ke Berastagi, tepatnya ke Pajak Buahnya. Kalo kesana harus beli jeruk dan markisa..seger banget:). Hadhu, Berastagi ini dingin gila, hotel ga perlu AC. Badan saya aja sampai menggigil pas dini hari mu mandi.
Pagi harinya, kami jalan ke Merek sekitar 2 jam dari Berastagi- artinya kurang lebih 3.5 jam dari Medan, jika lancar-. Shooting 1/2 hari di Taman Simalem Resort kemudian langsung menuju Desa Budaya Lingga di Kabanjahe. Di Desa Lingga bisa lihat rumah adat juga lihat tari Lima Serangkai yang ditarikan muda-mudi Karo ketika pesta. Masih belum cukup hari itu, shooting juga di kendaraan umum jurusan Medan-Berastagi yang namanya Sinabung, SuTra, Borneo (bentuknya minibus dicat meriah gitu cuma beda-beda provider), riweuh secara shooting di terminal yang rame dan musti ngadepin dedengkot-dedengkot terminal gitu.
Hari berikutnya, siap-siap turun ke Medan tapi shooting dulu di Sibolangit. Tepatnya di Hillpark, sebuah themepark baru di Sibolangit. Saya ikut cobain semuanya donk dari ombang-ambing mpe rollercoaster meskipun turun dari sana gemetaran abis tapi teteup seru...hehehe.
Di Medan, shootinglah kami di rumah Tjong A Fie, Kuil Shri Mariamman, dan Merdeka Walk sampai malam..pheww...lelah.
Ini dia, trip yang ditunggu-tunggu karena saya penasaran abis. Yak, ke Tangkahan yang terletak di pinggir Gunung Leuser. Katanya, Tangkahan ini adalah hidden paradisenya Sumatera Utara. Bahkan, banyak orang sono yang ga ngeh tentang Tangkahan ini. Well, gimana ga hidden coba kalo 1.5 jam sebelum sampai sana, sinyal handphone ilang samasekali kemudian jalanannya aduhai banget. Sangat disarankan untuk menggunakan kendaran 4WD untuk mencapai tempat ini. Jika naik kendaraan umum, hanya ada 1 bus yang menuju kesana yakni bus Pembangunan Semesta yang jumlahnya 3 biji yang berangkat pk. 08.00 WIB, pk. 10.30 WIB dan pk. 13.00 WIB dari terminal Pinang Baris Medan. Pas saya shooting diatas bus yah, saya ketemu dengan anak-anak sekolah mulai usia SD sampai SMA. Kebayang banget gimana perjuangan sehari-hari mereka buat bisa mencapai sekolah yang jauh dengan jalanan yang rusak berat, two thumbs up untuk mereka.
Sampai di Tangkahan, pengunjung harus melapor ke visitor centre Community Tour Operation-nya Tangkahan dan membayar sejumlah uang untuk bisa menikmati aktivitas di Tangkahan (detailsnya bisa dilihat di http://freeads.web.id/tangkahan.html). Setelah itu, kita menyeberang Sei Batang Serangan dengan biaya Rp. 10.000,- per orang. FYI, sungainya jernih, penduduk mengandalkan sungai ini untuk kehidupan sehari-hari mulai dari air minum, mandi, cuci, dll. Wuih, rasanya pengen langsung nyebur deh (meski ga bisa berenang juga...hehehe) secara perjalanan dari Medan yang heboh bikin badan pegel abis. Tapi seperti biasa, setelah makan dan meluruskan kaki sejenak, kami harus shooting. Well, akhirnya tercapai juga keinginan saya untuk menceburkan diri karena memang kami harus menyusuri Sei Buluh. Menjelang senja, kami shooting mendirikan tenda dan bakar ikan. Ikannya langsung ditangkap dari Sei Buluh, dibersihin di sungai juga, terus sama Bang Hendri dibumbui garam dan jeruk nipis serta kecap doang pake tangan jadilah ikan bakar a la Bang Hendri yang langsung dilahap selesai shooting (enak juga lho..hihihi). Malamnya, tidur ditemani suara-suara alam, tenang banget, ada suara aliran sungai sampai suara kedih (sejenis primata). Kata teman-teman saya, justru malam itu mereka tidurnya paling lelap dibanding malam-malam lainnya...hotel bintang 5 mah lewat, hehe. Pagi-pagi, kami dibangunkan kicau burung dan udara yang sangat segar. Udah gitu sarapan pancake dan telur rebus...hmm yummy:). Ga buang-buang waktu, kami langsung menuju tempat pemandian gajah. Meski ga ikut mandiin gajah, saya ikut naik gajah tanpa pelana, awalnya degdegan juga tapi ternyata seruuuuu. Menjelajahi hutan, menyeberangi sungai dari atas gajah. Pas turunan rasanya kaya mu nyungsep..hihi. Abis naik gajah, saya ikut tubing- itu lho mengikuti arus sungai pake ban dalam- tadinya ragu juga secara ga bisa berenang tapi sikat aja deh kan dijagain juga sama penduduk setempat. Dan ga nyesel lho, karena tubing ini sensasinya hampir mirip rafting, tapi kalo arus sungainya deras pasti tambah asik. Yang membekas dari Tangkahan ya kulit saya yang tambah item aja...hahaha...gapapa deh, kan yang penting pengalaman beda yang menyenangkan:).
Pulang ke Medan, kami masih harus shooting dengan mobil VW safari keliling kota. Badan saya udah mulai berasa remuk di hari terakhir ini. Syukurlah semua berakhir dengan baik. Sempat mampir beli oleh-oleh di Durian House yang terletak di Jl. Sekip Medan. Kalo ke Medan juga harus coba pancake durian dan bolu durian dari tempat ini...enyaaak! Saya sampai di Jakarta pk. 22.30 WIB disambut hujan sangat deras...hmm...back to office life Nina:)
Waa, ternyata magnet Sumatera Utara cukup kuat menarik saya kembali kesana:). Tepat setahun yang lalu - di bulan Februari juga - saya ditugaskan ke Sumatera Utara dengan route Medan- Sei Rampah- Tebingtinggi- Pematang Siantar- Parapat - Pulau Samosir- Pangururan- Kabanjahe- Berastagi - Medan. Awal Februari ini, saya dapat penugasan lagi kesana, kali ini rutenya Medan- Bandarbaru- Berastagi- Kabanjahe- Merek- Sibolangit- Tangkahan- Medan selama enam hari. Perjalanan yang melelahkan dan menyenangkan:)
Seperti hari-hari yang lain belakangan ini, saya berangkat diiringi hujan deras dengan kondisi fisik yang lelah akibat tidak tidur sama sekali dalam periode 24 jam lebih dan perdebatan sangat ga penting dengan salah satu manager artis ibu kota *sigh, skip that topic..hehe*. Syukurnya, Medan tampak selalu cerah ceria dengan sengatan mentari yang terik. Begitu landing dan sarapan lontong sayur enak di Lontong Mbak Lin Medan, kami langsung tancap gas ke Bandarbaru. Bandarbaru ini kaya Puncaknya Jakarta gitu, so ga heran kanan kiri villa semua, villa dalam tanda petik..hehehe. Shooting pertama di Sampuren Putih. Sampuren dalam bahasa Karo artinya air terjun. Nuansa agak mistis kental dengan air terjun yang dikenal dengan mitosnya sebagai pemandian bidadari ini. Kami diantar oleh 2 penduduk lokal yang meminta salah seorang dari team menghisap rokok tanpa dihembuskan di beberapa lokasi agar 'penunggu' sampuren mengijinkan pengambilan gambar disana.
Selesai dari Sampuren Putih, langsung naik lagi ke Berastagi, tepatnya ke Pajak Buahnya. Kalo kesana harus beli jeruk dan markisa..seger banget:). Hadhu, Berastagi ini dingin gila, hotel ga perlu AC. Badan saya aja sampai menggigil pas dini hari mu mandi.
Pagi harinya, kami jalan ke Merek sekitar 2 jam dari Berastagi- artinya kurang lebih 3.5 jam dari Medan, jika lancar-. Shooting 1/2 hari di Taman Simalem Resort kemudian langsung menuju Desa Budaya Lingga di Kabanjahe. Di Desa Lingga bisa lihat rumah adat juga lihat tari Lima Serangkai yang ditarikan muda-mudi Karo ketika pesta. Masih belum cukup hari itu, shooting juga di kendaraan umum jurusan Medan-Berastagi yang namanya Sinabung, SuTra, Borneo (bentuknya minibus dicat meriah gitu cuma beda-beda provider), riweuh secara shooting di terminal yang rame dan musti ngadepin dedengkot-dedengkot terminal gitu.
Hari berikutnya, siap-siap turun ke Medan tapi shooting dulu di Sibolangit. Tepatnya di Hillpark, sebuah themepark baru di Sibolangit. Saya ikut cobain semuanya donk dari ombang-ambing mpe rollercoaster meskipun turun dari sana gemetaran abis tapi teteup seru...hehehe.
Di Medan, shootinglah kami di rumah Tjong A Fie, Kuil Shri Mariamman, dan Merdeka Walk sampai malam..pheww...lelah.
Ini dia, trip yang ditunggu-tunggu karena saya penasaran abis. Yak, ke Tangkahan yang terletak di pinggir Gunung Leuser. Katanya, Tangkahan ini adalah hidden paradisenya Sumatera Utara. Bahkan, banyak orang sono yang ga ngeh tentang Tangkahan ini. Well, gimana ga hidden coba kalo 1.5 jam sebelum sampai sana, sinyal handphone ilang samasekali kemudian jalanannya aduhai banget. Sangat disarankan untuk menggunakan kendaran 4WD untuk mencapai tempat ini. Jika naik kendaraan umum, hanya ada 1 bus yang menuju kesana yakni bus Pembangunan Semesta yang jumlahnya 3 biji yang berangkat pk. 08.00 WIB, pk. 10.30 WIB dan pk. 13.00 WIB dari terminal Pinang Baris Medan. Pas saya shooting diatas bus yah, saya ketemu dengan anak-anak sekolah mulai usia SD sampai SMA. Kebayang banget gimana perjuangan sehari-hari mereka buat bisa mencapai sekolah yang jauh dengan jalanan yang rusak berat, two thumbs up untuk mereka.
Sampai di Tangkahan, pengunjung harus melapor ke visitor centre Community Tour Operation-nya Tangkahan dan membayar sejumlah uang untuk bisa menikmati aktivitas di Tangkahan (detailsnya bisa dilihat di http://freeads.web.id/tangkahan.html). Setelah itu, kita menyeberang Sei Batang Serangan dengan biaya Rp. 10.000,- per orang. FYI, sungainya jernih, penduduk mengandalkan sungai ini untuk kehidupan sehari-hari mulai dari air minum, mandi, cuci, dll. Wuih, rasanya pengen langsung nyebur deh (meski ga bisa berenang juga...hehehe) secara perjalanan dari Medan yang heboh bikin badan pegel abis. Tapi seperti biasa, setelah makan dan meluruskan kaki sejenak, kami harus shooting. Well, akhirnya tercapai juga keinginan saya untuk menceburkan diri karena memang kami harus menyusuri Sei Buluh. Menjelang senja, kami shooting mendirikan tenda dan bakar ikan. Ikannya langsung ditangkap dari Sei Buluh, dibersihin di sungai juga, terus sama Bang Hendri dibumbui garam dan jeruk nipis serta kecap doang pake tangan jadilah ikan bakar a la Bang Hendri yang langsung dilahap selesai shooting (enak juga lho..hihihi). Malamnya, tidur ditemani suara-suara alam, tenang banget, ada suara aliran sungai sampai suara kedih (sejenis primata). Kata teman-teman saya, justru malam itu mereka tidurnya paling lelap dibanding malam-malam lainnya...hotel bintang 5 mah lewat, hehe. Pagi-pagi, kami dibangunkan kicau burung dan udara yang sangat segar. Udah gitu sarapan pancake dan telur rebus...hmm yummy:). Ga buang-buang waktu, kami langsung menuju tempat pemandian gajah. Meski ga ikut mandiin gajah, saya ikut naik gajah tanpa pelana, awalnya degdegan juga tapi ternyata seruuuuu. Menjelajahi hutan, menyeberangi sungai dari atas gajah. Pas turunan rasanya kaya mu nyungsep..hihi. Abis naik gajah, saya ikut tubing- itu lho mengikuti arus sungai pake ban dalam- tadinya ragu juga secara ga bisa berenang tapi sikat aja deh kan dijagain juga sama penduduk setempat. Dan ga nyesel lho, karena tubing ini sensasinya hampir mirip rafting, tapi kalo arus sungainya deras pasti tambah asik. Yang membekas dari Tangkahan ya kulit saya yang tambah item aja...hahaha...gapapa deh, kan yang penting pengalaman beda yang menyenangkan:).
Pulang ke Medan, kami masih harus shooting dengan mobil VW safari keliling kota. Badan saya udah mulai berasa remuk di hari terakhir ini. Syukurlah semua berakhir dengan baik. Sempat mampir beli oleh-oleh di Durian House yang terletak di Jl. Sekip Medan. Kalo ke Medan juga harus coba pancake durian dan bolu durian dari tempat ini...enyaaak! Saya sampai di Jakarta pk. 22.30 WIB disambut hujan sangat deras...hmm...back to office life Nina:)
kapan ya bisa jalan2?
:(