Semua orang dilahirkan dengan karunia dan talenta khusus yang mebuat mereka spesial
Beberapa orang diantaranya istimewa terlahir dengan pesona kharisma alami tak terbantah
Mereka seperti matahari, menaburkan kehangatan yang tak terdefinisikan
Ketika melangkah, waktu seakan berhenti dengan tidak logis
Sorotnya menghentikan nafas sekejap bak daya magis
Kharisma alami yang mempesona
As shining sunshine
Lovable!
Simlpy amazing...
Always, strangely charming
Setelah sekian lama penasaran dengan Sumatra Utara, akhirnya kesampaian juga niat saya menginjakkan kaki di tanah Suku Batak ini di akhir bulan Februari 2008. Sudah lama, saya berkawan baik dengan beberapa orang Batak, jadi saya memang sangat ingin bisa datang kesini. Selain itu, janji akan pemandangan indah dan great food di Provinsi ini membuat saya tambah semangat! Itung-itung jalan-jalan sambil kerja ketika saya mendapatkan penugasan untuk shooting selama 7 hari di Medan, Tebingtinggi, Pematang Siantar, Parapat, Pulau Samosir, Kabanjahe dan Brastagi.Wew..short trip to North Sumatra!
Tanggal 23 Februari, dengan flight pertama ke Medan, kami berdelapan menuju Medan, saya sempat deg-degan juga karena kami berangkat diiringi gerimis. Puji Tuhan, sampai Medan hangat sinar matahari menyambut kami. Tanpa banyak babibu, shooting langsung dimulai ketika pesawat landing di Bandara Polonia. Mas Beni dan Mas Hendra merekam prosesi Pak Bondan turun dari pesawat. Sampai di luar, Bang Iwan dan Bang Zoel sudah menanti untuk mengantar kami berkeliling Medan dan kota-kota lainnya. Selepas dari Bandara, kami langsung menuju Jl. Dr. Mansyur Medan, kawasan sekitar Universitas Sumatra Utara, saat itu baru pk.09.00 WIB. Disana, kami menyelesaikan 1 episode (jangan lupa saksikan yah...*teteup promo*;p). Pokoknya hari itu kami berhasil menyelesaikan 2 episode yang kasetnya langsung dikirim ke Jakarta untuk editing, maklum program team kami kan stripping jadi musti extra segalanya dey (*narsist mode on*). Tapi selesai shooting, kami sempetin makan malam di Merdeka Walk...wah, karena malam minggu suasananya seronok kali (baca: rame banget!). Saya udah agak kenyang, karena ikut icip-icip selama shooting . Dari hasil shooting hari itu, makanan yang wajib dicoba adalah kari ayam Tabona di Jl. Mangkubumi Medan, karinya ga eneg, bikin saya merem melek pas makan..hehe & RM Onma Tabo di Jl. Bukit Barisan Medan, yang menyediakan masakan khas Batak, sangsang ayamnya sangat berkesan dan jika boleh makan makanan non-halal, jangan pernah lewatkan Babi Panggang di rumah makan ini, dengan berbagai cocolan yang hmmm....uenak bikin saya, Mas Andre dan Mas Botel semangat nyicip, tapi teteup harus behave...kan masih banyak makanan enak menanti kami;p. Medan bener-bener surga makanan...(next, saya akan cerita lebih detail tentang makanan-makanan di Medan..).
Paginya, kami harus move ke Tebingtinggi, Pematang Siantar dan Parapat. Bener-bener kejar-kejaran dengan waktu. Saya samapi melewatkan membeli kopi Sidikalang yang terkenal dan foto dengan becak motor siantar yang besar (huhuhu;p). Syukur, semuanya berjalan dengan lancar. Kesan saya, Pematang Siantar adalah kota kecil yang menyenangkan...tenang dan khas. Lucunya, ada 1 toko roti yang terkenal banget, yakni Toko Roti Ganda, orang-orang beneran berjubel mengantri untuk bisa mendapatkan roti tawar dari Toko Roti Ganda ini. Pas mau masuk aja, saya harus menembus barisan ibu-ibu yang berteriak-teriak kalap memanggil-manggil Pak Bondan...ya ampyuuun!!
Parapat, kota kecil di tepi Danau Toba ini juga indah. Saya harus kesini lagi!Belum lagi Danau Toba dan Pulau Samosir yang sangat mengesankan. Pengalamann yang luar biasa saya berada disana. Salah satu potensi wisata Indonesia yang sebenarnya bisa lebih dieksplorasi lagi...keren!
Pas lagi menyeberang ke Pulau Samosir dari parapat, saya sempat mengobrol dengan inang-inang penjual ombus-ombus (FYI: ombus-ombus adalah makanan kecil yang terbuat dari tepung ketan dan kelapa berisi gula merah di dalamnya...manis dan enak) dan seorang bocah Batak bernama John Austin yang sedang mengantar jenazah opungnya untuk dimakamkan di Kampung halaman. Yah...berbicara dengan mereka, saya merasakan sebuah budaya yang berbeda namun memperkaya...memperkaya wawasan saya, secara kami ngobrol tentang banyak hal. Begitu tahu saya dari Jakarta dan bekerja untuk stasiun televisi, mereka langsung excited..lalu berceritalah mereka tentang saudara-saudaranya yang merantau ke Jakarta. Menyenangkan!! Yang khas juga adalah para bocah pencari koin..mereka berteriak-teriak meminta kita untuk melemparkan koin dan kemudian whooops...mereka akan menyelam ke dasar danu demi beberapa koin...tidak jauh berbeda dengan penyeberangan-penyeberangan yang pernah saya temukan.
Di Samosir, Pak Bondan sempat manortor..wew, saya juga ingin coba sebenarnya. Lagi-lagi waktu membuat kami harus tergesa-gesa. Selepas dari Samosir perjalan diteruskan ke Kabanjahe dan Brastagi dengan jalan yang penuh kelokan mesra. Saya hampir muntah...tapi untungnya terbayar dengan pemandangan khas desa-desa Batak dengan rumah adatnya yang baru pertama kali saya saksikan. Uniknya, di depan tiap rumah ada makam keluarga. Menurut Bang Zoel, the informan, tujuannya agar nenek moyang atau leluhur selalu menemani generasi-generasi selanjutnya. Tujuan lain agar tanah warisan leluhur tidak dijual. Pemandangan Danau Toba perlahan beralih ke pemandangan pegunungan. Sayonara Danau Toba, suatu hari saya akan kembali:)
Kabanjahe dan Brastagi merupakan daerah dataran tinggi yang mayoritas penduduknya orang Batak Karo. Kotanya dingin...banyak perkebunan jeruk. Bahkan di sepanjang jalan di Merek menuju Kabanjahe, bisa dengan mudah ditemukan penjual jeruk yang jeruknya boleh kita petik sendiri dengan harga Rp. 6.000,-/ kg...murah kan ya?! Sayur mayur dan buah-buahan segar mudah ditemukan disini. Pengalaman menarik lainnya, ketika saya harus mengusahakan kidu. Kidu adalah ulat enau, yang konon adalah makanan Raja-raja Karo jaman dulu. Kidu itu harus diimpor dulu dari namorambi sekitar 2 jam perjalanan dari Kabanjahe. Terimakasih untuk Tigor yang membantu kami menyediakan Kidu yang tiba-tiba menjadi spektakuler di tengah team karena pencariannya penuh usaha dan berdarah-darah..hehe.
Dari Brastagi, team kembali ke Medan, selama 3 hari untuk menyelesaikan proses shooting. Melelahkan namun menyenangkan...selalu begitu jika kita bekerja dengan sepenuh hati.
I don't know when but I'll comeback to feel...once again...an amazing trip to North Sumatra